Gandeng 1 Perguruan Tinggi Urus 1 Sungai
By Abdi Satria
nusakini.com-Semarang-Untuk memodernisasi pengelolaan sumber daya air, peran swasta dan perguruan tinggi di Jawa Tengah terus dioptimalkan. Terlebih, nomenklatur dinasnya saat ini menjadi Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang (PU SDA dan Taru).
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pengelolaan air saat ini harus dilakukan dengan modern dan terbuka. Artinya, pelibatan masyarakat dan komunitas harus semakin ditingkatkan. Namun saat ini, komunitas yang turut aktif mengelola sungai hanya ada di Jateng wilayah Selatan, sementara di wilayah Utara belum sama kondisinya.
“Maka saya tawarkan, bagaimana kalau kita ajak satu perguruan tinggi satu ruas sungai, satu perusahaan satu ruas sungai. Maka dia bertanggung jawab atas pengelolaannya, kebersihan dan sebagainya,” katanya saat memberi pengarahan pada pegawai Dinas PU SDA dan Taru, di Jalan Madukoro Semarang, Rabu (8/5).
Menurut Ganjar, Dinas PU SDA dan Taru makin strategis karena tata ruangnya bergabung dengan SDA. Dengan basis tata ruang, akan mengelola seluruh yang ada di Jawa Tengah, bagaimana air, daratan, dan peruntukannya untuk apa saja.
Dengan tugas pokok tersebut, lanjut gubernur, ada fungsi-fungsi yang mesti dikelola, salah satunya adalah air. Air baku untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk pertanian, serta suplai air dari potensi yang kita miliki dari waduk, embung dan sebagainya.
“Permasalahan sudah kita ketahui sekarang. Kita, embung masih kurang dan problem teknisnya biasanya soal lahan. Kapasitas anggaran juga terbatas. Jika kita ingin memenuhi itu, maka seluruh pemangku kepentingan kita ajak,” ujarnya.
Ganjar lantas mencontohkan, saat ini sebagian besar lahan yang potensial untuk pembangunan embung merupakan milik Perhutani. Sehingga, Perhutani mesti diajak rembugan agar bisa berbagi. Tanahnya urusan Perhutani, sementara untuk pembangunan embung untuk kebutuhan air dilakukan Pemprov Jateng.
“Waduk besar sudah dibangun presiden, kita yang level provinsi bangun di bawahnya. Tapi kok masih kurang, Pemkab kita ajak, masyarakat desa kita ajak, swasta juga kita ajak. Tapi itu saja tidak cukup. Kualitas air dan tata kelola juga harus kita penuhi,” bebernya.
Jika hal tersebut bisa dilakukan, Ganjar yakin pengelolaan sumber daya air di Jateng akan semakin optimal. Misalnya, dengan pola tersebut penanganan banjir dilakukan dengan pendekatan tata ruang.
“Kalau itu bisa kita dorong, maka manajerial sumber daya air pasti lebih gampang. Tapi SDA tidak bisa berjalan sendirian, dia mesti bekerja dengan LHK, hilirnya mesti diperbaiki dan kelompok masyarakat juga harus diajari,” ungkapnya.(p/ab)